Selasa, 08 September 2009

LELAKI SETENGAH SADAR

Gerimis menata kota dengan kesunyian yang lengkapBayang-bayang maut membias di teras rumah yang basahLampu halaman temaram termakan suasanaBatu-batu jalanan pun berbau darahSeorang lelaki tengkurap menahankan luka-lukaSebilah pedang sudah tak lekat lagi di tanganDi bahunya bekas luka membiruBibirnya pecah dihantam kerinduan dan do’aSurat dari kekasih yang digenggamnya basah terendam air hujan dan benaknya penuh dengan per-andai-anOh..hujan yang selalu membawa ceritaTangkaplah resahku lalu bawa pulang ke matanyaLangkahku bukan milikku lagi sekarangKecintan telah mencabik-cabikku sepuasnyaOh … kekasih yang selalu kubayangkanBenamkanlah mataku di pelukanmuSirnakan kengerian dari benakku yang sesakLelaki itu terdiamSeluruh tubuhnya telah sesak oleh dukaGenangan air diatas aspal menyaksikan jiwanya mengendap-endapSedangkan gerimis terus memukau dahan-dahan flamboyan yang lusuhSesaat sebelum MaretOrang-orang lewat didekatnyaMereka mengusung tanduDan kekasihnya telah datang mengakhiri keluh kesahnya, mencium tangannya yang pucatMembelai rambutnya yang basahDalam dekapan kekasihnya, lelaki itupun berdo’a“Tuhan… semoga tak lagi kau buat aku terjaga…”

Tidak ada komentar: