Selasa, 08 September 2009

PANGGILAN GENDER (Dirilis di Sampit tanggal 19 Februari 2001)

Aku ditarik oleh teriakan halus dan panjang seperti angin sejak darah pertama tertumpahkan. Egoisme dan kauvinisme berlomba dan saling mendahului satu sama lain. Berlari menyongsong panggilan itu membuat debaran nyata jantungku dan menambah irisan di hatiku. Aroma kengerian begitu memukau dan ibaratkan candu. Kami yang berlai menyongsong panggilan ini berwajah pucat semuanya.Kami bawa badan-badan kami yang tegap dan gempal.kami bawa roh kami yang tunggal. Kami bawa telinga kami yang tangkas dan mata kami yang menikam. Kami panggul kehormatan di bahu kiri dan akal di bahu kanan. Lalu punggung kami digelayuti bongkahan tanggung jawab berukir dan berwarna keemasan. Kadang ada yang tergopoh. Kadang ada pula yang menjulang langit.Lalu manakala kegelapan mulai membagi rata kesunyian, mata kami tajamkan menusuk seluruh sudut. Mencari pijar. Menenteng was-was. Ragu, cemas, takut adalah bekal keberanian kami yang tidak buta dan tidak pula tuli. Kami berlarian karena kami pemuda. Kami berlompatan karena kami laki-laki. Kami turuti panggilan ini karena jalannya penuh rambu bertuliskan “Khusus Laki-Laki”. Tulisan yang terbuat dari papan takdir dengan pena kodrat berlapiskan emas. Dan manakala malam terasa sangat panjang, kami tinggalkan wanita-wanita kami yang memegang anggur. Yang wajahnya secerah pagi, yang matanya menyalakan api dan bibirnya menerbitkan matahari. Kami mengejar pasti panggilan ini dengan bangga dan dibangakan. Kami lelaki dan para wanita mengalungkan harapan di dada kami. Kami akan berlari terus sampai melewati batas usia. Kami berlarian sebab kami telah berjanji sebelum kami dilahirkan. Kami berlari dengan disaksikan oleh zaman yang berlari beriringan.Manakala angin magis bertiup di sepanjang bulu kuduk, kami rasakan roh kami yang berjingkrak dan nyawa kami yang mendidih. Lalu jiwa kami segera memegang erat rasa takut, gentar, resah dan waspada dengan tangan-tangan perkasa yang dingin. Hanya dengan seteriakan saja, kami sudah berjubel memenuhi panggilan ini dan memadati pentas kehidupan. Manakala panas pagi mulai membawa kabar, kami tengadah diatas dipan memasang telinga pada dinding ilusi…melenakan hati. Di saat kami lelah dan suara biola memainkan perasaan kami, maka para wanita bernyanyi ringan dengan berukir kemerduan dan kesejukan memasuki sela-sela mata dan pori-pori kami sebagai buluh perindu.Kami sudah digariskan untuk berlari, melompat lalu tertidur seperti gelombang dan angin membawa kabar dari dunia ghaib. Kami lahir untuk mendengar dan menuju panggilan ini. Seruan gender yang dahsyat. Barangsiapa berlari maka para wanita akan membanggakannya, lalu kami akan menyulut matahari. Lalu para wanita akan tertidur dalam dekapan kami sambil menceritakan damai dan sukacita. Kami adalah laki-laki. Sudah menjadi tugas kami untuk menyongsong usia tua atau maut yang menanti di ujung jalan sana.

Tidak ada komentar: