Jumat, 17 Juli 2009

SEMBILU

rembulan membagikan selimut dingin kepada seluruh penghuni padang gelap ini... Kilauan pantulan cahayanya di air menandakan suasana yang membawa romansa masa muda.... namun dipojok jiwa terdalam seorang lelaki muda yang sedari tadi bersandar pada batu gunung, suasana tidak sama seperti alam realitas...dengan terbata, bibirnya terus-menerus menyebutkan sebuah nama... seolah panggilan lemah seorang budak yang memohon pengampunan setelah bertubi-2 didera siksaan.nama yang dibisikkan oleh bibirnya samar-2 terbawa oleh sapuan angin dingin yang membahana.cinta yang begitu besar terlihat jelas pada tatapan matanya yang tajam memandang suasana...lelaki itu, yang biasa dipanggil "penantang arus" oleh kalangan intelektual, kini seolah kehilangan kejantanannya dan terkulai layu oleh sesuatu yang membahana di dalam samudera jiwanya..... tetapi tatapan mata itu, yang biasa berkilat ketika kaumnya direndahkan, tetap tegar menahan perih dilubuk hatinya...dalam alam bawah sadarnya, menari seorang perempuan cantik yang beberapa hari terakhir berhasil membangunkan dirinya dari cita-cita semu. Dara manis yang sering memandang langsung ke pupil mata lelaki itu begitu cantik.. sehingga sulit dienyahkan dari ruang hatinya yang memang membutuhkan kasih sayang..saat angin kembali membawakan hawa dingin ke tubuh lelaki itu, tiba-2 seberkas cahaya datang.....lalu lelaki itu menghentikan ucapannya tentang keluhan cintanya...cahaya itu mempesona....kemudian dari dalam kilauan putih menyilaukan itu, menjulur tangan mungil menyentuh pipinya...dengan terisak, lelaki itu melepaskan semua dukacita bathinnya yang membahana...tubuhnya terguncang dalam tangisan tak bersuara...kelaki-lakiannya menantang semburan kerinduannya terhadap air mata...dimensi hidupnya yang rumit memaksanya untuk mengucapkan kata-kata kesedihan....oh.. betapa hebat cinta itu menggerogoti seluruh keperkasaan sang lelaki penantang arus zaman....oh.. betapa hebat getaran itu menggoyangkan tiang hatinya...dalam sekejap mata.... cahaya itu menghilang...dan tangan hangat yang mampu menyegarkan jiwa itu pun tinggal kenangan saja..anjing melolong menandakan suasana yang teramat mencekam..lelaki itu terperangah dengan dirinya sendiri...betapa lemah jiwanya..betapa rapuh dirinya......dengan mengucapkan nama sang dara, lelaki itu menanggalkan seluruh ego yang membelenggu kekuatan sejatinya..dengan berlari, dijauhinya keinginan hatinya....dalam terengah ia ucapkan baris-baris syair :"Cinta tak harus memiliki.. dengan perpisahan aku lebih bebas memasuki setiap relung jiwanya tanpa takut melukai pasangan jiwanya"...

Tidak ada komentar: